Pengertian Hidroponik dan Teknik penanaman hidroponik
Hidroponik sebenarnya berasal dari bahasa Latin di mana kata hidroponik terbagi menjadi dua suku kata, yakni “hidros” dan “ponos” . Hidros atau hydro dalam bahasa inggris artinya air sedangkan Ponos atau ponic dalam bahasa inggris artinya mengerjakan. Jadi secara istilah bahasa, hidroponik adalah metode bercocok tanam dengan menggunakan air sebagai medianya. Pada hidroponik, kita menggunakan media air, sedangkan pada metode konvensional kita menggunakan tanah. Sehingga hidroponik bisa dibilang termasuk ke dalam inovasi perkembangan teknik bercocok tanam yang modern. Namun, meskipun metode hidroponik lebih menekankan pada pemberian air yang maksimal, bukan berarti bahwa budidaya tanaman hidroponik harus menggunakan air yang banyak. Kenapa bisa lebih hemat? Padahal metode ini menggunakan air. Karena, dalam hidroponik air tersirkulasi dalam sistem, sehingga tidak banyak terbuang. Hidroponik tetap dapat tumbuh walau ditempatkan pada lingkungan rendah air. Kita cukup memodifikasi cara pengairannya agar proses pengairan dapat maksimal.
Selanjutnya,
teknik Hidroponik. Hidroponik yang lebih berfokus pada pemberian air yang
optimal sebenarnya lebih menekankan pada efektivitas pemberian air sehingga
tidak terfokus pada jumlah airnya. Nah, teknik apa saja sih yang bisa digunakan
dalam bercocok tanam hidroponik?
1. Teknik Hidroponik Drip System
Drip
system dikenal juga sebagai sistem irigasi atau fertigasi. Teknik ini merupakan
cara bercocok tanam hidroponik dengan memberikan air dan pupuk nutrisi dalam
waktu yang bersamaan. Cara kerja sistem ini menggunakan irigasi tetes untuk
mengalirkan nutrisi ke akar tanaman melalui selang irigasi yang diatur dengan
timer
Media
tanam yang dapat digunakan pada teknik ini bermacam-macam, mulai dari batu
apung, zeolit, sekam bakar, hingga sabut kelapa. Fungsi media tanam tersebut
adalah sebagai tempat akar berkembang dan memperkokoh kedudukan tanaman. Drip
system ini, lebih terkenal untuk menanam sayuran dan buah-buahan seperti
terong, cabai, paprika, tomat, melon, dan stroberi.
Adapun keunggulan dari teknik ini adalah
1. Hemat
biaya, karena kegiatan pemupukan nutrisi diberikan bersamaan dengan proses
penyiraman.
2. Konstruksi
sistem irigasi yang murah. Sistem ini tidak membutuhkan tempat penampungan cairan
nutrisi yang besar dan tidak membutuhkan keran. Sistem irigasi tetes ini juga
sangat sederhana dan komponennya juga sedikit, jadi kemungkinan gagal teknis
cenderung kecil.
3. Hemat
listrik Hal ini karena pompa tidak perlu dijalankan selama 24 jam. Aliran air
bisa tetap mengalir karena menggunakan
prinsip gravitasi bumi.
4. Waktu
pemberian nutrisi harus sesuai dengan umur tanaman sehingga lebih tepat
5. Akar
tanaman lebih mudah tumbuh dan berkembang.
6. Terjamin
kebersihan dan bebas dari penyakit.
Namun, sistem ini juga memiliki kekurangan
yaitu:
1. Hanya
cocok untuk jenis-jenis tanaman tertentu, terutama tanaman yang memiliki
serabut yang banyak seperti cabai, terong, dan tomat.
2. Membutuhkan
modal untuk menyiapkan instrumen atau komponen perancang relatif tinggi.
3. Memerlukan
wawasan lebih luas dan mendalam mengenai tanaman
4. Memerlukan
perawatan yang intensif
5. Permasalahan
pada sistem pengairan, seperti selang nutrisi pada sistem ini tersumbat oleh
kotoran dari nutrisi itu sendiri. Maka hal ini akan berpengaruh terhadap hasil
pertanian
2. Deep Flow System
Deep Flow Technique atau biasa disebut DFT
adalah system hidroponik yang meletakkan akar tanaman pada lapisan air pada
kedalaman sekitar 4-6 cm. Sistem ini mudah dipasang di lahan sempit, luas,
maupun lahan vertikal.
Sistem DFT membutuhkan tenaga listrik
untuk mensirkulasikan air kedalam talang-talang dengan menggunakan pompa air.
Maka dari itu, untuk menghemat listrik, kalian dapat menggunakan timer untuk
mengatur waktu hidup dan mati pompa.
Adapun kelebihan dari sistem DFT adalah
saat aliran arus listrik padam, maka larutan nutrisi tetap tersedia karena system
ini mengatur nutrisinya sampai kedalaman 6 cm atau tanaman bisa mendapat
nutrisi dari air yang tergenang. Selain mempunyai kelebihan, DFT juga pasti ada
memiliki kelemahan, yaitu membutuhkan nutrisi lebih banyak, karena volume air
yang dibutuhkan juga lebih banyak. Kemudian jika pemasangan tidak sesuai atau
tidak sempurna maka akan adanya kemungkinan kebocoran pada sambungan PVC.
3. Sistem Hidroponik EBB dan Flow
System
EBB dan Flow System dikenal juga dengan
sebutan “sistem pasang surut”. Pada sistem EBB dan flow system, larutan nutrisi
diberikan dengan cara menggenangi wilayah per-akar-an dengan waktu yang telah
ditentukan. Setelah cukup, maka larutan nutrisi tersebut dialirkan kembali ke
wadah penampungan pupuk. Larutan nutrisi akan mengisi sistem mencapai
ketinggian dari overflow yang telah disiapkan sehingga merendam akar tanaman
hidroponik tersebut. Tabung harus diatur sekitar dua inch di bawah permukaan
atas media tumbuh
4. Teknik Hidroponik Deep Water Culture
(DWC)
Sistem dikenal juga dengan istilah
floating raft system (sistem rakit apung). Sistem ini disukai oleh pemula dan
para pelaku hidroponik komersial karena dianggap paling mudah dan murah untuk
diaplikasikan.Meskipun mudah, pembuatan sistem dwc memerlukan kreativitas dalam
hal pembuatannya karena menggunakan pompa udara untuk akuarium yang berfungsi
memberikan oksigen pada larutan nutrisi.
Kelebihan dari menggunakan sistem Deep
Water Culture (DWC) adalah tidak dibutuhkan pompa untuk memompa nutrisi,
kecuali untuk aerasi. Tapi perlu kehati-hatian sebab jika kita menggunakan
pompa untuk mengairi nutrisi, apalagi yang berjenis organik, akan berpotensi
menyebabkan penyumbatan pada pompa tersebut.
5. Kelima, Teknik Hidroponik Wick System
Wick system atau dikenal juga dengan
sistem sumbu, merupakan metode hidroponik yang paling sederhana. Sistem sumbu
(atau wick system) ini memanfaatkan bahan-bahan daur ulang seperti gelas bekas
minuman, atau botol bekas, sebagai wadah untuk nutrisi.
Tanaman pada sistem ini, menyerap nutrisi
melalui sumbu atau kain flanel. Nah, sumbu merupakan bagian penting pada sistem
ini, karena tanpa penyerapan cairan yang baik, tanaman tidak akan mendapatkan
kelembapan dan nutrisi yang dibutuhkan.
6. Sistem Aeroponik
Sistem aeroponik menumbuhkan tanaman pada
udara yang lembab tanpa menggunakan tanah atau medium lain. Jadi, dengan sistem
aeroponik, kita tidak menggunakan wadah untuk merendam akar dengan nutrisi,
atau membuat tempat aliran nutrisi
Kemudian, pemanfaatan Lahan dan Benih
Hidroponik. Teknik hidroponik merupakan inovasi yang tercipta akibat
berkurangnya lahan tanah karena semakin meningkatnya pembangunan sektor
industri dan jasa. Kondisi ini membuat berkurangnya keinginan untuk
berkompetisi di bidang pertanian terutama di kota-kota karena tingginya harga
lahan. Diharapkan teknologi hidroponik, kondisi ini diharapkan dapat menjadi
salah satu alternatif bagi masyarakat yang memiliki lahan atau pekarangan
terbatas sehingga dapat menjadi sumber penghasilan yang memadai. Salah satu hal
penting yang harus diperhatikan dari teknik hidroponik adalah pemilihan benih
atau jenis tanaman. Pertama ada jenis benih sayur-sayuran yang direkomendasikan
untuk dibudidayakan
• Kangkung
Kangkung sangatlah terkenal di Indonesia,
memiliki banyak peminatnya, dan sangat mudah ditanam secara hidroponik
• Bayam
Bayam banyak mengandung senyawa positif
seperti serat yang berguna untuk diet dan memiliki flavonoid yang bisa
mengatasi kanker pada tubuh. Teknik hidroponik akan membuat bayam lebih bersih,
segar dan lebih bernutrisi.
• Sawi
Sawi
memiliki daya tahan terhadap hujan, dapat bisa ditanam di manapun.
• Selada
Tanaman ini mudah dibudidayakan dan
bernilai tinggi.
• Seledri
Bibit seledri ini sangat bagus dan
mempunyai daya kecambah yang tinggi.
• Pakcoy
Kemampuan pakcoy yang cocok ditanam di
dataran rendah menjadi salah satu keuntungan untuk pengusaha hidroponik, karena
tidak cepat busuk.
• Kailan
Beberapa restoran sudah menyediakan
sayuran kailan pada menunya dan sangat cocok jika dibudidayakan menggunakan
cara hidroponik ini loh, RSKawan
Selanjutnya, ada komoditas Sayuran Buah
• Paprika
Tanaman ini sangat mudah ditanam dan cepat
mengalami pertumbuhan.
• Cabai
Diketahui bahwa cabai banyak dikonsumsi
orang Indonesia dan masa panennya 80 sampai 90 hari. Nah, ciri cabai yang siap
dipanen ini dimulai dengan munculnya warna merah dan garis hijau yang sudah
memudar, mudah sekali bukan?
• Tomat
Cherry
Sayuran buah ini cukup diminati loh...
karena, tomat cherry memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan
tomat biasa. Jika dibudidayakan secara hidroponik, produktivitas tanaman ini
bisa meningkat 2 kali lebih besar dibandingkan secara konvensional. Pada umur
2-3 bulan maka tomat cherry sudah menghasilkan buah dan dapat dipanen.
• Timun
Jepang
Walaupun termasuk ke dalam Tanaman
merambat yang tidak terlalu besar, Timun yang akan dipanen bisa mencapai kurang
lebih 11 cm.
Terakhir, tanaman Buah-buahan
• Melon
Buah dengan daging yang juicy dan enak di
kunyah ini sangat ramai diminati. jika buah melon telah berjaring atau berumur
sekitar 50 hari hingga 2 bulan, buah ini sudah dapat dikonsumsi.
• Semangka
Hasil panen buah semangka dengan teknik
hidroponik akan memiliki kualitas yang lebih baik. Buahnya akan memiliki daging buah yang lebih
manis dan segar. Tanaman semangka yang dibudidayakan secara hidroponik ini
dapat dipanen antara 2 sampai 3 bulan sejak ditanam. Buah semangka yang sudah
siap panen, dapat dipetik secara langsung atau dipotong pada bagian tangkainya.
• Stroberi
Stroberi ini, merupakan buah yang banyak
diminati loh, RSKawan! Keuntungan dari menggunakan metode hidroponik dalam
menanam buah stroberi adalah tanaman stroberi akan lebih mampu menyerap nutrisi
dalam jumlah yang lebih banyak sehingga pada usia 4 sampai 6 bulan setelah
tanam, buah stroberi sudah bisa dipanen, loh RSKawan!
Posting Komentar untuk "Pengertian Hidroponik dan Teknik penanaman hidroponik"